Berpetualang Ke Cambodia : Siem Riep (Cambodian Cultural Village, Night Market)
Akhirnya tercapai juga keinginan saya untuk berpetualang dengan ransel (backpacking) ke Cambodia. Ingatan saya kembali ke masa 2 tahun yang lalu (2008), ketika masih tinggal di Banda Aceh. Ketika itu saya sedang hamil 7 bulan sendirian di rantau, sementara suami menempuh pendidikan masternya di Thailand. Suatu hari, suami memberitahukan rencananya untuk backpacking ke Cambodia. Saya katakan padanya, jika saya berada diposisinya (bersekolah di Thailand), saya tidak hanya akan backpacking ke Cambodia saja, tetapi juga ke negara-negara tetangganya seperti; Vietnam, Laos, Myanmar, Malaysia dan Singapore. Ternyata saat ini saya mendapatkan semuanya, beasiswa untuk bersekolah di Thailand lengkap dengan backpacking ke Cambodia!!!
Tentu saja backpacking ini hanya bisa saya lakukan pada saat libur inter-semester. Setelah ujian akhir semester selesai, saya bersama 7 orang kawan (dari Indonesia, Canada, Spanyol, Bangladesh, Vietnam, Cambodia, dan Myanmar) sepakat untuk menggunakan perjalanan darat, yaitu dengan van. Sebenarnya ada beberapa alternatif transportasi yang bisa dipergunakan untuk pergi ke Cambodia, antara lain kereta api, bus dan pesawat. Tetapi pilihan kami jatuh pada van, karena sarana transportasi ini bisa menjemput langsung di kampus yang sekaligus menjadi tempat tinggal kami, Asian Institute of Technology (AIT).
Poiphet, 5 dari 8 orang anggota rombongan |
Loket Pembayaran Visa di Imigrasi Poiphet, Cambodia |
Di Cambodia, kami tinggal selama 7 hari. Berikut ini, rincian perjalanan kami beserta harga makanan, transportasi dan beberapa tips;
Hari 1 : Siem Riep : Cambodian Cultural Village, Night Market
Dari Poiphet, kami naik tuk-tuk (US$ 1) menuju terminal bis yang akan membawa kami ke propinsi Siem Riep. Bis berangkat pukul 09.30 dengan ongkos kurang lebih US$ 4. Ditengah perjalanan, kami harus turun dan berganti bis tetapi tidak perlu membayar lagi asalkan bisa menunjukkan karcis bis pertama.
Pukul 13.30.00 kami tiba di terminal bis Siem Riep dan menuju penginapan “Tropical Breeze” guest house dengan menggunakan tuk-tuk (US$ 1). Tropical Breeze merupakan salah satu penginapan yang direkomendasikan para backpackers. Kami hanya perlu membayar US$ 15 per malam, termasuk 3 tempat tidur, Wi Fi, AC, dan kamar mandi dengan pemanasnya. Bagi mereka yang tidak membawa laptop, disediakan PC yang tersambung jaringan internet di lobby. Dibawah ini adalah alamat dari Tropical Breeze Guest House :
#0293, Wat Damnak Village,
Salakamroeuk Commune,
Siem Reap City, Kingdom of Cambodia
Telp : (855) 12 963 749, (855) 12 635 893, (855) 12 223 666
Website : www.tropicalbreezegh.com
Email : info@tropicalbreezegh.com
Acara kami berikutnya adalah mengunjungi Cambodian Cultural Village. Di Indonesia, cultural village ini mirip dengan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), tetapi tentu saja TMII masih jauh lebih hebat dan megah. Dengan biaya US$ 11, kita bisa melihat miniatur rumah tradisional Cambodia, istana raja, dan juga pertunjukan adat (tari-tarian, drama, perkawinan, dll). Saya kurang menyarankan anda untuk mengunjunginya. Selain harganya mahal, juga tidak sepadan dengan tontonan yang kita dapatkan. Cambodian Cultural Village ini buka mulai pukul 10.00 hingga 20.00.
Tari Tradisional Cambodia |
Pertunjukan Upacara Pernikahan Ala Cambodia
Sekembalinya dari Cambodian Cultural Village, tujuan kami selanjutnya adalah…..belanja!!! Night Market Siem Riep sangatlah menarik untuk dikunjungi. Saran saya, pergilah ke Night Market yang baru. Selain tempatnya lebih nyaman, harga awal yang diberikan penjual di Night Market baru lebih masuk akal dibandingkan harga yang diberikan oleh penjual di pasar lama. Night market yang baru ini terletak sedikit lebih masuk kedalam, sementara pasar lama terletak dipinggir jalan utama Siem Riep. Night Market menjual segala macam souvenir khas Cambodia, bahkan souvenir Thailand pun dijual disini dengan harga yang lebih murah. Konon, itu disebabkan upah buruh di Cambodia yang juga lebih murah. Meski begitu, jangan kalap untuk belanja, bandingkan dulu kualitasnya dan tawarlah 75% lebih murah dari harga awal.
Setelah lelah belanja, kami makan malam di restaurant milik sahabat SMU rekan perjalanan saya yang juga orang Cambodia. Restaurant yang bertajuk Ecstatic Pizza (www.ecstaticpizza.com) tersebut memang sangat nyaman, dengan lampu remang-remangnya dan alunan musik era 80 an membuat kelelahan kami berkurang. Di restaurant ini kita bisa memilih topping yang diinginkan, mulai dari sayuran (untuk yang vegetarian), serta daging dan ayam (bagi yang muslim) dengan harga mulai US$ 4 dan minuman mulai US$ 1. Rasa pizza yang lezat dengan lelehan keju yang mmmmhhhh….susah diungkapkan, melengkapi petulangan hari pertama kami.
Waktu menunjukkan pukul 22.30 ketika kami selesai makan malam. Kami berkemas menuju penginapan karena esok pagi rencana kami adalah mengelilingi Angkor Watt, candi Hindu yang termasyur itu.
|
Comments
Post a Comment